Sabtu, 07 Juli 2012

The B low (I)

           Suasana hening  menyelimuti ruang kelas XI ipa 2 saat mata pelajaran Matematika. Dari depan kelas, terlihat Pak Darto sangat serius dalam menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar  yang masih konvensional. Sementara beliau menuliskan contoh penerapan Fungsi Invers, angin sepoi bertiup
dari jendela samping yang memerlihatkan area lapangan voli di bawah  yang siang itu lengang. 39 siswa terlihat tenang mengikuti  tarian tangan Pak Darto saat menarik garis, menggambar grafik fungsi invers. Semuanya terlihat di dalam kendali, sebelum kemudian beliau menarik kursinya yang 10 cm lebih tinggi darinya bermaksud untuk duduk. Lantai sepanjang papan tulis memang 30 cm lebih tinggi sehingga Pak Darto dipermudah dalam mencapai kursinya. Dengan berwibawa beliau mengistirahatkan pantat yang sedari tadi belum menyentuh kursi. “Ya, jadi garis y sama dengan x yang mana merupakan sumbu simetri dari persamaan garis y=2x-4 dan y=½x+2. Dari sini, yang belum jelas bisa ditanyakan.” Beberapa kepala mengangguk-angguk mengisyaratkan bahwa mengerti. Entah benar-benar mengerti ataukah hanya untuk kesopanan. Baru saja Pak Darto memantapkan posisi duduknya ketika tiba-tiba angin sepoi menerbangkan ujung-ujung gorden hijau kelas, hingga menghempas ke depan. Tidak tanggung-tanggung, membuat Pak Darto kelabakan menyingkirkan gorden lebar itu dari wajahnya. Momen beberapa detik itu telah terjadi gulat antara Pak Darto, angin, dan tentu saja wibawa beliau.
            Dan di saat yang sama, seisi kelas menahan napas melihat atraksi gratis itu. Hanya sebagian kecil yang melewatkannya, dan cukup puas melihat temannya menutup mulut, menundukkan kepala, ataupun tersenyum tipis, menoleh ke sana kemari dengan kalap berharap mendapat informasi. Namun mereka sempat menangkap sepotong adegan saat Pak Darto akhirnya berhasil menyingkirkan gorden jahanam itu, yang telah menyingkirkan segala wibawa dan galaknya sekian detik. Aksi semua siswa sama, menahan geli setengah mati! Hehehehe.. Karena memang gorden itu tadi tak kenal menyerah berkomplot dengan sang bayu, kebat-kebit tak karuan melibas muka guru berambut putih itu. Secara cerdik Pak Darto kembali bersikap dingin seolah yang baru terjadi adalah hal wajar seperti seekor lalat yang numpang lewat saja. Namun tidak begitu halnya dengan ketigapuluh sembilan siswanya.
            “Bwuahahahaha…hahaha…. ahahaha” Beny ngakak demi mendengar Rendy mengungkit kejadian lucu itu di jam istirahat.

2 comments:

permana mengatakan...

le,,,, sesepoh iku sg dirasani. . .

Unknown mengatakan...

Ooow.. aq ttp hormat kok kr Pak'e.., dr semua guru buktine cerita brg Pak Darto yg jd cerita di sini... :)
Makasih comentnya dil.., Heheheehe..

Posting Komentar