Kamis, 23 Mei 2013

MATOS: DUA MATA PISAU

Assalamualaikum.. :-) setelah roll playing alias drama untuk penggambaran materi matakuliah Pengetahuan lingkungan yang pertama, yaitu "Bisik-bisik Tetangga" di postinganku sebelumnya, aku pengen ngepost roll playing kedua: Intrik Matos. Yaah, g usah cerita panjang lagi, this was appearance off my beloved classmates: BIO OFF G 2010.....







MATOS: DUA MATA PISAU

1.      Yasmin: Emi
2.      Harti: Maida
3.      Didit: Hamim
4.      Latifah: Fia
5.      Sukidi: Sukron
6.      Sigit: mas Fikkri
7.      Waluyo: Ardi
8.      Ibu Prem: Dian
9.      Narrator: Novi

SIANG ITU TERIK, NAMUN SUDUT TEGAK LURUS YANG DIBUAT MATAHARI TERHADAP BUMI TIDAK MENYURUTKAN SEMANGAT TIGA ORANG INI UNTUK MENJALANKAN SEBUAH MEGAPROYEK…

Yasmin:           Jadi kalau kalian tanya ideku stand apa yang paling cocok kita buat di Ngalam Tempo Dulu yang diadain di tempat parkir bulan depan aku milih buat pamerin tembikar atau gerabah, yah yang seperti itulah.. (sambil mengangsurkan gelas sirup dan sepiring camilan untuk kedua temannya dari baki yang dibawanya).

Segera setelah gelas berisi penuh es sirup itu mendarat di depan mereka, baik didit maupun harti langsung meminumnya. kemudian melanjutkan percakapan mereka.

Didit:               Wah, idemu itu susah yas. Bikin tembikar itu lama dan butuh ketrampilan tinggi. 1 aja bisa bagi kita anak seni makan waktu 3 harian lembur, belum lagi bakarnya.  Kalau tembikar lebih hemat tapi tetep aja buatnya lama. Iya kan Ti?
Harti:               Iya loh yas, tahu sendiri, acaranya bulan depan. Udah untung Pak Santoso bantuin kita dan kenal panitia, jadinya walau telat daftar stand kita bisa ikut berpartisipasi.
Yasmin:           Terus apa..? Mana idenya besok harus udah dikonfirmasikan ke rapat anak2 perwakilan jurusan sefakultas. Ini nih, beratnya kalau ide stand bersama dipikul 1 jurusan aja. Walau gantian tiap tahun.
Harti:               Hem, kita harus menyesuaikan sama lahan yang lebih sempit soalnya bukan lagi di Ijen tapi di tempat parkir Matos. Yang dipamerin harus lebih beragam dibanding taun kemarin.
Yasmin:           Gimana yaa..? Ngomong-ngomong masalah stand tahun kemarin, bukannya fakultas kita cuma bisa partisipasi stand makanan sama foto-foto kegiatan masing-masing jurusan?
Harti:               He eh, tahun kemarin itu standnya membosankan.
Yasmin:           Haaah…! Pusing,, ni matahari gak bantuin banget sih, malah bikin kepalaku kayak tanah sawah yang gak diairi.. Mlethek-mlethek… Huuft.
Harti:               Uweslah,, jo dienggo abot.. dipikir enteng wae yas.. Dit, nyangopo lo kok diem aja daritadi..? (Yasmin dan Harti mengamati Didit)
Didit:               (Tidak menjawab, malah dari awalnya menulis-nulis sesuatu di atas kertas, sekarang melayangkan pandangan ke atas seperti mencari-cari noda di plafon rumah Yasmin)

Yasmin menarik kertas yang di hadapan Didit, baik Harti dan Yasmin hanya bisa melihat goresan benang kusut disana. Keduanya saling memandang dan mengangkat bahu/menggelengkan kepala. Yasmin akhirnya mengambil inisiatif untuk membuyarkan lamunan Didit.

Yasmin:           DIT…??!
Didit:               (Kaget dan gelagapan) MasyaAllah.. apa yas…? Ngagetin orang lagi mikir aja.
Harti:               Kelamaan lo mikirnya dit.. Kalau dari matamu keluar laser kaya Cyclops pemimpin X-men mungkin tuh plafon udah bolong-bolong..
Yasmin:           Iya nih Didit, kaya lagi mikir perang Dunia ke tiga aja.
Didit:               Kan bagi kita hadirnya ide sekarang emang sepenting itu. Nah brooo, siap gak nih  buat stand Fakultas Sastra terkompeten, permanen, keren, dan independen…??
Yasmin&Harti: Siaaaaaaap…?!! (antusias)
Didit:               Gini nih..

BELUM SEMPAT DIDIT MENYAMPAIKAN BUAH PIKIRANNYA, DATANGLAH MAMA YASMIN..

Latifah:           Assalamualaikum..
3 anak:             Walaikumsalam…
Latifah:           Wah lagi kumpul-kumpul nih,.
Harti:               Inggih tante, pulang cepet ya?
Latifah:           Iya nih, tante sekarang cuma sebentar di shift siang. Nanti malam balik lagi. Yah biasa pembaca acara berita, gak sibuk-sibuk amat. Udah, silahkan terusin diskusinya. Tante cuma mau ngesis di samping kalian. Kalo gak keberatan looo..
Didit:               Gak keberatan kok tante.. kan di rumah sendiri, hehehe
Harti:               Iya nih tante, kita enjoy kok ditemenin tante. Sini tante,.
Yasmin:           Ini ma, sirup. Lagi panas gak ketulungan nih… Eh Dit, lanjutin gih tadi gimana usul kamu?
Didit:               Oh iya, gini.. sebaiknya semua jurusan dari fakultas sastra ikut ngisi stand. Misalnya nih, sastra Indonesia dan Inggris di pojokan stand bikin pojok baca tulis buat anak-anak yang lesehan gitu, sekalian buat istirahat. Sastra Arab bikin skets kaligrafi sederhana yang bisa kita ukirin buat hiasan dinding kan bisa dijual tuh.
Yasmin:           Wah bagus tuh dit, anak-anak jurusan kita kan udah pada ahli tuh kalau masalah kriya kayu. Terus…terus..?
Didit:               Nah, kalau sastra Jerman kan sering tuh belajar  ngapalin kosa kata sambil ngobrol sederhana dengan bantuan boneka tangan dari kaos kaki. Mereka suruh nyumbang pertunjukan buat dilihat di stand kita.
Harti:               Kalau dari jurusan seni dan desain kayak kita?
Didit:               Waah.. banyak yang bisa kita tampilkan.. (senyum memancing)
Harti:               Oh..oh,, kita terima aja semua hasil tangan semua mahasiswa yang ingin ditampilkan di stand. Kalau kebanyakan, kita minta bantuan dosen dan kakak tingkat buat milihin yang indah, berkarakter, dan bernilai jual. Gimana..?? (Harti mengemukakan usulnya dengan antusias)
Yasmin:           Wah betul.. betul.., jalan keluar sudah ditemukan. Masalah improvisasi bisa fleksibel diomongin besok. Horeee…
Latifah:           Hem.. Cerdas kamu Dit.
Didit:               Ah tante, biasa aja kok.
Latifah:           Ini tentang Ngalam Tempo Dulu yang diadakan di tempat parkir Matos kan? Heem,, Matos makin produktif aja. Awal-awal pembangunan aja yang menggemparkan Malang, sekarang sepertinya semua pihak senang sama Matos. Eh, ada telepon.. tante ke belakang ya. Jangan lupa makan siang, ini udah hampir ashar lo.
3 anak:             iya tante, iya ma…
Harti:               Maksud mama kamu apa yas? Tentang Matos.
Didit:               Diingetin makan siang jadi lapeeeer,.
Yasmin:           Paling juga demo masalah pembangunan Matos dulu. Udah lama banget deh kalau dipikir-pikir. Ya udah yuk keluar cari makan,  di rumah belum masak soalnya.

KETIGANYA BERANJAK DENGAN SEMANGAT MENINGGALKAN PANGGUNG UNTUK MEMENUHI PANGGILAN PERUT. KARENA KASUS SUDAH DIPECAHKAN, JALAN PUN JADI RINGAN. TAPI, KIRA-KIRA APA YA YANG TERJADI SAAT PEMBANGUNAN MATOS? KOK SAMPAI BIKIN GEMPAR MALANG SEGALA? MAU TAHU..?

Seorang pria berjas rapi di sebuah ruangan, di meja tertulis “Manajer” yang ternyata jabatan pria tersebut. Manajer terlihat pusing membolak balik setumpuk berkas-berkas di mejanya.

SEKITAR 10 TAHUN LALU, SAAT PROYEK PEMBANGUNAN MATOS DI JALAN VETERAN MILIK PT LIPPO KARAWACI MULAI DIAJUKAN KE DPRD. PARA PEMERHATI LINGKUNGAN DAN PRAKTISI PENDIDIKAN  KOTA MALANG OTOMATIS MENOLAK. NAMUN PIHAK “LIPPO MALL” TETAP MAJU. MANAJERLAH YANG DITUGASI MEMASTIKAN PROYEK PEMBANGUNAN MATOS LANCAR HINGGA SELESAI.

Waluyo:           (menelepon) Sigit sudah di ruangannya belum? (jeda) Hem, oke.. nanti kalau sudah datang, suruh dia naik ya. (berdiri meninggalkan berkas-berkasnya, memandang ke luar jendela hingga membelakangi penonton).

Sigit masuk ruangan
Sigit:                Bos nyari saya?
Waluyo:           Sudah sejauh mana?
Sigit:                Susah bos, para pejabat masih mempertimbangkan protes dari masyarakat. Lagian ada Perda tahun 2001 yang jelas-jelas menyatakan tanah di veteran merupakan lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Waluyo:           (Balik badan memandang Sigit dengan serius) Git, masalah ini sudah jadi tanggung jawab kita. Apapun yang perlu dilakukan, lakukan..! Di jalan veteran harus berdiri Mall milik perusahaan kita. (Menghela nafas) Duduk git..
Sigit:                Iya bos terimakasih (Duduk di kursi yang bersebrangan meja dengan bosnya). Sebenarnya mudah saja membuat pihak kita menang bos, kita entah bagaimana harus bisa merubah  pendirian pejabat daerah.
Waluyo:           Bagus, memang itu yang kita butuhkan. Lahan itu mungkin memang dialokasikan buat penghijauan. Tapi di Kota ini, memerlukan hiburan. Bayangkan kelak kalau mall sudah berdiri di antara para remaja yang sedang bingung menguras kantong mereka… Heem,, aku bisa mencium uang.
Sigit:                Wah pak Waluyo ini benar sekali,. Sekarang saya jadi ngerti jalan pikiran para jajaran utama perusahaan Lippo. Tapi bukannya keberadaan mall di antara area sekolah malah bikin kita dicurigai?
Waluyo:           Nah itu poin pentingnya..!
Sigit:                Maksud bos? Jadi kita terang-terangan membuat mall kita bercitra buruk bagi pelajar? (wajahnya makin ruwet karena bingung)
Waluyo:           Hahaha,, begini pak Sigit.. Aku serahkan masalah ini sama kamu. Buat para pejabat itu berubah pikiran dan menurunkan surat ijin pembangunan mall kita. Bujuk mereka, atau apapun.. Masalah opini masyarakat tidak akam mampu menyentuh kita kalau mall sudah berdiri.
Sigit:                Bos yakin opini masyarakat gak akan mempengaruhi penjualan di mall kelak..?
Waluyo:           (Tersenyum licik) Coba kamu pikir, kalau pejabat daerah sudah percaya sama kita, otomatis aparat kepolisian juga lumpuh menghadapi kita. Kalau sudah begitu, coba sebut 1 saja masalah yang akan menghadang kita..? (Tidak benar-benar membutuhkan jawaban)
Sigit:                (Berfikir sambil merenungkan kata-katanya sendiri) Yang paling mungkin memberontak dan protes adalah masyarakat, mungkin beberapa waktu mereka bakal melakukan demo. Tapi mereka tidak akan lebih jauh dari itu. Pembangunan akan kita lengkapi dengan aparat pengamanan kita sendiri. Akhirnya unjuk rasa hanyalah unjuk rasa, bila pejabat sudah ada di genggaman kita. (memandang sang manajer sambil tersenyum)
Waluyo:           (Tersenyum lebih lebar) Well, at least you see that problem like me.. (tangannya menunjukkan jalan keluar). Silahkan pak Sigit, aku masih punya banyak pekerjaan.
Sigit:                Baiklah, pokoknya anda tahunya beres. Permisi pak Waluyo..!

TERNYATA APA YANG DIPREDIKSIKAN PAK WALUYO DAN PAK SIGIT HARI ITU BENAR-BENAR MENJADI KENYATAAN. ENTAH BAGAIMANA MEREKA MEMBUAT WAKIL RAKYAT MENGABAIKAN PERDA YANG MEREKA BUAT SENDIRI DAN MENURUNKAN SURAT IJIN PEMBANGUNAN MALL DI LAHAN PENGHIJAUAN. SEJAK TURUNNYA IJIN PEMBANGUNAN, MASYARAKAT YANG DIPIMPIN OLEH PARA MAHASISWA RUTIN MELAKUKAN UNJUK RASA DI DEPAN GEDUNG DPRD.

Panggung disetting dengan 3 kursi, 1 kursi berjarak agak jauh dari 2 kursi lainnya (tempat duduk Latifah).
SEMENTARA ITU, MEDIA SEBAGAI “PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT” SANTER MELIPUT PERISTIWA PROTES TERHADAP PEMBANGUNAN MATOS. INI JALAN TERAKHIR BAGI PUBLIK, KETIKA PUBLIK TANPA DAYA DIHADAPKAN PADA KEKUASAAN OTORITER (NEGARA) DAN HEGEMONIK (PENGUSAHA). SALAH SATUNYA YAITU STASIUN TV DI MALANG SENDIRI.
Latifah:                Yak pemirsa, berikut ini adalah berita terpuncak yang tengah santer dibicarakan di kota kita, Malang. Pembangunan pusat perbelanjaan berskala regional MALANG KOTA KOTAK (Malang Town Square) di Kota Malang yang berdiri diantara banyak lembaga pendidikan, dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) mengundang banyak kritik dari berbagai pihak, terutama dari pemerhati dan praktisi pendidikan serta dari aktivis lingkungan. Untuk lebih mengetahui alasan mereka, hari ini kami berhasil mengundang Dra. Premier Hati Patricia sebagai wakil pemerhati dan praktisi pendidikan, serta Mas Sukidi seorang mahasiswa yang aktif dalam pecinta lingkungan. Mereka berdua berada di pihak kontra dalam pembangunan Malang Kota Kotak ini.
                             Selamat siang Ibu Prem dan mas Sukid?
Ibu Prem & Mas Sukid: Selamat siang mbak..
Latifah:                Bagaimana perjalan Ibu Prem dan Mas Sukid menuju kemari? Bukankah jalan sepanjang DPRD ramai karena para pendemo?
Ibu Prem:             Yah lumayan bikin macet mbak.. Mahasiswa banyak yang ijin demo, aparat kepolisian banyak digerakkan ke gedung DPRD untuk menertibkan pendemo, dan para pengguna jalan yang tertarik, berhenti untuk melihat. Waduuh.. rame mbak..
Mas Sukid:          Kalau saya sih lancar saja, soalnya sudah dari kemarin bermalam di rumah belakang studio ini. (Senyum-seyum sambil sesekali membenahi kemeja dan rambutnya <grogi masuk tv>)
Latifah:                Syukurlah anda berdua bisa hadir. Untuk Ibu Prem, sebagai dosen yang peka terhadap perubahan di lingkup pendidikan serta berperan aktif di dalamnya, menurut anda pembangunan MALANG KOTA KOTAK di kawasan pendidikan ini akankah menimbulkan hal positif atau negatif?
Ibu Prem:             Hem,, saya tidak terlalu yakin. Tapi Jika menilik keberadaannya di area pendidikan yaitu UM, smp 4, SMK, dan UB di sebelah barat depan serta MAN 3, MTS 1, dan MI di sebelah timur  ya pasti berpengaruh bagi para pelajarnya. Bukannya meragukan kemampuan para pelajar kita dalam mengatur skala prioritas, namun mereka masih muda, masih labil. Selain itu, seperti yang sedang kita semua waspadai secara hukum, Malang Kota Kotak melanggar Perda Nomor 7 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang.
Latifah:                Memang secara hukum, pembangunan MATOS menempati ruang yang semestinya merupakan ruang untuk pengembangan pendidikan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana yang telah diatur dalam Perda No. 07 tahun 2001 tentang Rencana Tata ruang dan wilayah. Nah, mas Sukid, mengenai dampak pembangunan Malang Kota Kotak terhadap lingkungan bagaimana pendapat Mas Sukid?
Mas Sukid:          Pembangunan MATOS memang mengambil ruang terbuka hijau (RTH) yang mempunyai fungsi sebagai paru-paru Kota dan penyangga ekosistem dan tempat bagi berkembangnya plasma nutfah yang menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Hayati dan Ekosistem harus dilindungi keberadaannya. Menurut saya, Matos tidak seharusnya dibangun di lahan tersebut.
Latifah:                Apa benar tidak ada sisi positif dari mall di area RTH dan lingkungan pendidikan ini? Bagaimana… ehm Ibu Prem dulu aja..
Ibu Prem:             Saya belum tahu ya mbak, masalahnya kita lebih dulu melihat kemungkinan dampak buruknya bagi lingkungan dan pendidikan.
Latifah:                Kalau untuk mas Sukid?
Sukidi:                 Ini bukan tentang batasan umur ya, tapi bagi pemuda-pemudi adanya mall di tengah kesibukan belajar bisa menghilangkan stress dan pelampiasan keinginan belanja. Tapi kembali pada masing-masing pribadi, keberadaan mall juga bisa merugikan karena menimbulkan bakat konsumerisme.
Latifah:                Hem,.. ini masuk akal juga. Jadi menurut mas Sukid seandainya MALANG KOTA KOTAK selesai dibangun, masalah yang sedang kita bahas tanpa henti setiap hari ini akan menghilang begitu saja?
Sukidi:                 Eh… saya belum berani memastikan itu..
Ibu Prem:             Menurut sepemahaman saya sesuai yang dikemukakan bang Sukid ini, kemungkinan besar benar apa yang dikatakan mbak Latifah.
Latifah:                Wah.. menarik sekali.. (jeda sebentar, Latifah mendengar intruksi dari earphone yang dipakainya lalu mengangguk-angguk) Ada berita masuk dari reporter di lapangan namun sayangnya ada masalah teknis sehingga kita tidak bisa melihat langsung. Teman saya melaporkan bahwa kondisi di depan DPRD tiba-tiba tidak terkendali. Tadinya unjuk rasa berjalan lancar dan kondusif, namun tiba-tiba beberapa orang bukan dari golongan mahasiswa mendekati pemimpin unjuk rasa dan mengobrol sebentar tiba-tiba terjadi cek-cok yang kemudian mengakibatkan pemukulan terhadap mahasiswa tersebut.
Latifah:                Acara diskusi MALANG KOTA KOTAK hari ini cukup sampai di sini, selanjutnya aka nada berita yang terkini lainnya. Terima kasih Ibu Prem dan Mas Sukid atas kehadirannya (menyalami ibu Prem dan Sukidi).

Panggung dibereskan, di tata segala rupa hingga terlihat festival Ngalam Tempo Dulu lengkap dengan isinya.


TAHUN 2005 PEMBANGUNAN MALANG KOTA KOTAK  ALIAS MALANG TOWN SQUARE KHATAM. ENTAH CARA MACAM APA YANG DITEMPUH OLEH PAK WALUYO DAN PAK SIGIT. TAPI DARI DESAS DESUS YANG BELUM BISA DIPASTIKAN KEBENARAN SUMBERNYA, ADA INDIKASI KKN OLEH WAKIL RAKYAT. IRONI YANG KITA, MASYARAKAT KOTA MALANG HADAPI ADA DI DEPAN KITA: DAHULU MATOS DIPROTES, DAN SEKARANG? KITA MEMBANGGAKANNYA. BAGIAN MANA YANG SALAH? NAMUN KENAPA BEGITU KONTRAS?


Latifah, Sukidi, Ibu Prem malam jauh setelah Matos berdiri mengunjungi Ngalam Tempo Dulu tanpa menyadari satu sama lain. Namun ketika ketiganya bertemu tiba di stand anak Latifah, mahasiswa jurusan Seni dan Desain Grafis, masing-masing kaget. Entah harus malu karena tindakan yang bertolak belakang dengan masa lalu ataukah senang karena bisa bertemu kembali.



DOKUMENTASI FOTO


dari kiri: Kuro, Hamim-Didit, Emy-Yasmin, dan Agnes. Usai drama..




Didit/Hamim mendadak artis

Ini komposisinya bikin iri..  Hehehe, mau dong gantiin Kuro..

Dari kiri: Latifah, Ibu Prem, mas Sukid, me-operator. Serius: membahas matos di studio tv

Narator kita: Novi...

Hiyaaaa..... bingung,festival itu ngapain ya... Mendadak grogi nih, jadi kagok, hahah 

Sesi foto bersama Bu Mimien

Mas Sigit dengan sebaris motto di dadanya.. hahaha 

Mas Sigit balik badan abis meeting dengan pak Waluyo


Cieeeilaaah,, gayanya bang Waluyo ini...

Hai... Anissa pegang kendali ppt setting tempat drama dulu yaaa..

Sesi awal: Latifah, Yasmin, Didit, dan Harti

Terik mentari menyengat kulit, la wong mataharinya sedekat ini... Bikin haus aja, minum dulu dit..

Yasmin pusing nyari ide 

Pengenalan tokoh: Didit narsis iiih...




























0 comments:

Posting Komentar